Kamis, Mei 28, 2009

8 kebohongan Ibu, bacalah maka engkau akan mengerti...

ini hanyalah sebuah renungan kecil
tentang kasih sayang seorang
ibu..silahkan dibaca baek-baek....

Cerita bermula ketika aku masih kecil,
aku terlahir sebagai seorang anak
laki-laki di sebuah keluarga yang
miskin. Bahkan untuk makan saja,
seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu
sering memberikan porsi nasinya untukku.
Sambil memindahkan nasi ke mangkukku,
ibu berkata:
"Makanla h nak, Ibu tidak lapar"
---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketik a aku mulai tumbuh dewasa, ibu yang
gigih sering meluangkan waktu
senggangnya untuk pergi memancing di
kolam dekat rumah, ibu berharap dari
ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan
sediki t makanan bergizi untuk
petumbuhan. Sepulang memancing, ibu
memasak sup ikan yang segar dan
mengundang selera. Sewaktu aku memakan
sup ikan itu, Ibu duduk disampingku dan
memakan sisa daging ikan yang masih
menempel di tulang yang merupakan bekas
sisa tulang ikan yang aku makan. Aku
melihat ibu seperti itu, hati juga
tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan
memberikannya kepada ibuku.
Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia
berkata:
"M akanlah Nak, Ibu tidak suka makan
ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekaran g aku sudah masuk SMP, demi
membiayai sekolah kakakku, ibu pergi ke
koperasi untuk membawa sejumlah kotak
korek api untuk ditempel. Dari hasil
tempelannya itu membuahkan sedikit uang
untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala
musim dingin tiba, aku bangun dari
tempat tidurku, melihat ibu masih
bertumpu pada lilin kecil dan dengan
gigihnya melanjutkan pekerjaannya
mene mpel kotak korek api. Aku berkata
:"Ibu tidurlah, sudah malam, besok pagi
ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum
dan berkata:
"Cepatla h tidur nak, Ibu tidak Capek"
---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti
kerja supaya dapat menemaniku pergi
ujian. Ketika hari sudah siang, terik
matahari mulai menyinari, Ibu yang tegar
dan gigih menungguku di bawah terik
matahari selama beberapa jam. Ketika
bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian
sudah selesai. Ibu dengan segera
menyambutk u dan menuangkan teh yang
sudah disiapkan dalam botol yang dingin
untukku. Teh yang begitu kental tidak
dapat dibandingkan dengan kasih sayang
yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang
dibanjiri peluh, aku segera memberikan
gelask u untuk Ibu sambil menyuruhnya
minum . Ibu berkata:
"Minumla h nak, Ibu tidak haus!"
---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setel ah kepergian ayah karena sakit, ibu
yang malang harus merangkap Sebagai ayah
dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan
dia yang dulu, Dia harus membiayai
kebutuh an hidup sendiri. Kehidupan
keluarg a kami pun semakin susah dan
susah. Tiada hari tanpa penderitaan.
Meli hat Kondisi keluarga yang semakin
parah, Ada seorang paman yang baik hati
yang tinggal di dekat rumahku pun
membantu ibuku baik masalah besar maupun
masalah kecil. Tetangga yang ada di
sebelah rumah melihat kehidupan kita
yang begitu sengsara, seringkali
menase hati ibuku untuk Menikah lagi.
Tetapi ibu yang memang keras kepala
tidak mengindahkan nasehat mereka, Ibu
berkata:
" Saya tidak butuh cinta" ----------
KEBOHO NGAN IBU YANG KELIMA








Setelah aku dan kakakku semuanya
bekerja, ibu yang sudah tua sudah
waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau ,
Ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi
untuk jualan sedikit sayur untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku
yang bekerja di luar kota sering
mengirimka n sedikit uang untuk membantu
memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu
bersikukuh tidak mau menerima uang
Tersebut. Malahan mengirim balik uang
tersebut. Ibu berkata:
"Ibu masih punya uang" ----------
KEBOHO NGAN IBU YANG KEENAM

Setela h lulus dari S1, aku pun
melanjutkan studi ke S2 dan kemudian
Memperol eh gelar master di sebuah
universita s ternama di Amerika. Berkat
sebuah beasiswa di sebuah perusahaan.
Akhir nya aku pun bekerja di perusahaan
itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi,
aku bermaksud membawa ibuku untuk
menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu
yang baik hati, bermaksud tidak mau
merepotkan anaknya, Ibu berkata kepadaku
"Ibu tidak terbiasa" ----------
KEBOHO NGAN IBU YANG KETUJUH

Setel ah memasuki usianya yang tua, ibu
terkena penyakit Kanker Lambung, harus
dirawat di rumah sakit, aku yang berada
jauh di seberang Samudera Atlantik
langsung segera pulang untuk menjenguk
Ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang
terbaring lemah di ranjangnya Setelah
menjalani operasi. Ibu yang keliatan
sangat tua, menatap aku dengan penuh
kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar
di wajahnya terkesan agak kaku karena
sakit yang ditahannya. Terlihat dengan
jelas betapa penyakit itu menggerogoti
tubu h ibuku sehingga ibuku terlihat
lemah dan kurus kering. Aku sambil
menatap ibuku sambil berlinang air mata.
Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku
dalam kondisi seperti Ini. Tetapi ibu
dengan tegarnya berkata:
"Jangan menangis anakku, Ibu tidak
sakit" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG
KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang
kedelapan, ibuku tercinta menutup
matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya
teman-tem an sekalian pasti merasa
tersentuh dan ingin sekali mengucapkan :
"Terima kasih Ibu"

Coba dipikir-pikir, sudah berapa lamakah
kita tidak menelepon ayah ibu kita?
Sudah berapa lamakah kita tidak
menghabiska n waktu kita untuk berbincang
dengan ayah ibu kita?
Di tengah-tengah aktivitas kita yang
padat ini, kita selalu mempunyai
beribu- ribu alasan untuk meninggalkan
ayah ibu kita yang kesepian.
Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang
ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pacar kita,
kita pasti lebih peduli dengan pacar
kita. Buktinya, kita selalu cemas akan
kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah
makan atau belum, cemas apakah dia
bahagia bila di samping kita.

Namun, apakah kita semua pernah
mencemaska n kabar dari ortu kita?
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau
belum?
Cemas apakah ortu kita sudah bahagia
atau belum?
Apakah ini benar?
Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..

Di waktu kita masih mempunyai kesempatan
untuk membalas budi ortu kita,
lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai
ada kata "MENYESAL" di kemudian hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar